SEMILOKA (Seminar Loka Karya): ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI PENDEKATAN OPEN- ENDED DITINJAU DARI POLA ASUH ORANGTUA
ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS DAN MOTIVASI
BELAJAR SISWA MELALUI PENDEKATAN OPEN- ENDED DITINJAU
DARI POLA ASUH ORANGTUA
Surya Lestari Munthe,
Tania Indah Nurasih,
Jujum Juminar
ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya kemampuan
berpikir kreatif matematis siswa dan motivasi
belajar siswa. Selain itu peneliti
ingin mengetahui apakah ada saling keterhubungan antara
pola asuh orangtua
terhadap motivasi belajar
siswa. Tujuan penelitian ini adalah
mengetahui pengaruh pendekatan pembelajaran Open-Ended terhadap kemampuan berpikir
kreatif matematis dan motivasi
belajar siswa serta mengetahui
hubungan antara kemampuan berpikir kreatif matematis dan
motivasi belajar siswa. Pola asuh orangtua yang dikaji adalah pola asuh permisif dan demokratis. Metode penelitiaan ini adalah Mixed Method tipe Embedded Design dengan desain penelitiannya adalah eksperimen semu (Quasi Experiment). Instrumen yang digunakan
berupa non-tes berupa angket, lembar observasi, dan wawancara serta Tes berupa pretest dan posttest pada kelas
eksperimen dan control. Hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa: 1) Kemampuan berpikir kreatif matematis dan Motivasi Belajar Siswa dengan pendekatan
pembelajaran Open- Ended lebih baik daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional 2) Terdapat hubungan/korelasi yang signifikan antara kemampuan berpikir
kreatif matematis dengan motivasi belajar
siswa dengan menggunakan pendekatan pembelajaran
Open-Ended 3) Terdapat hubungan antara motivasi belajar siswa dengan
pola asuh orang tua dengan
pendekatan pembelajaran Open-Ended.
Kata Kunci : Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis, Motivasi Belajar Siswa,
Pendekatan Pembelajaran Open- Ended, Pola Asuh Orangtua
PENDAHULUAN
Pendidikan matematika bertujuan
mengembangkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa. Kemampuan berpikir
kreatif tidak bisa muncul dengan sendirinya melainkan
butuh suatu latihan.
Dalam hal ini guru harus bisa melatih
dan mengasah kemampuan berpikir kreatif siswa dengan
pembelajaran yang memunculkan permasalahan sehari hari yang bersifat
tidak rutin. Masalah
rutin adalah masalah
yang prosedur penyelesaiannya sekedar mengulang.
Sedangkan masalah tidak rutin adalah masalah yang prosedur penyelesaiannya memerlukan perencanaan penyelesaian, tidak sekedar menggunakan rumus dan teori. Pentingnya
berpikir kreatif diungkapkan oleh (Peter, 2012; Andiyana, Maya, & Hidayat, 2018; Artikasari & Saefudin,
2017.) bahwa “Student who are able to
think creatively are able to solve problem effectively”. Agar dapat bersaing
dalam dunia kerja dan kehidupan
pribadi siswa harus bisa berpikir dengan kreatif. Sejalan dengan itu Sani (2014) mengemukakan bahwa berpikir kreatif
merupakan kemampuan menegmbangkan daya pikir yang mencakup
wawasan dengan unsur yang luas. Oleh kerena
itu, kemampuan berpikir kreatif penting dikembangkan dalam setiap
kegiatan pembelajaran termasuk
dalam pembelajaran matematika. Kemampuan tersebut terlebih sangat diperlukan disekolah menengah kejuruan karena akan
di tuntun ke dunia kerja setelah lulus SMK. Dalam
pendidikan matematik selain harus berkemampuan berpikir kreatif siswa juga
harus mempunyai motovasi belajar
untuk mendukung kemampuan berpikir kreatif matematis
siswa,motivasi yang tinggi, mendorong seseorang untuk menjadi yang
terbaik dan berbeda dengan orang
lain. Dalam kalimat lain, Segala sesuatu usaha yang dilakukan siswa karena adanya motivasi (Lestari, Syahrilfuddin,
Putra, & Hermita, 2019; Rokhayati, Tanuredja, & Jazuli, 2020; Yuliana, Putra, & Antosa, 2020). Jika motivasi
belajar baik dampak baiknya akan
melahirkan hasil belajar yang baik. Adanya kemampuan berpikir kreatif tentunya seseorang
akan merasa lebih
puas karena mampu melakukan suatu hal yang berbeda dengan
orang lain. Dengan demikian dapat dikatakan motivasi dan kreativitas
diharapkan dapat mengembangkan aktivitas
dan inisiatif, serta dapat mengarahkan dan memelihara ketekunan dalam melakukan kegiatan belajar. Anak yang memiliki motivasi
belajar akan meluangkan banyak waktu
untuk belajar dan akan lebih tekun dalam belajar dibandingkan dengan anak yang kurang memiliki motivasi dalam
belajar. Dalam pengertian tersebut seharusnya anak telah mendapatkan motivasi belajar sejak kecil. Orang tua
memiliki peran penting dalam menumbuhkan
motivasi belajar anak dalam hal ini adalah pola asuh orang tua. Pola asuh yang mencakup sikap dan perilaku dari
orang tua berpengaruh terhadap perkembangan jiwa anak serta peran orang tua dalam belajar siswa dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa (Hero, & Sni,
2018; Fatmawati, Ismaya, & Setiawan, 2021)
Pola asuh orang tua ada dua yaitu pola
asuh permisif dimana memandang anak sebagai seorang pribadi
dan mendorong mereka
untuk tidak berdisiplin dan anak diperbolehkan untuk mengatur
tingkah lakunya sendiri. Menurut Baumrind (dalam Kalsum, 2018) “Pola asuh permisif ini yaitu sikap pola asuh orang
tua yang cenderung membiarkan dan memberikan
kebebasan kepada anak untuk melakukan berbagai hal” sedangkan pola asuh
demokratis adalah pola asuh yang menghargai kepentingan anak,tapi juga memberikan rambu mana boleh
dan mana tidak boleh.Hubungan orang
tua dan anak cukup hangat namun pada saat terntentu orang
tua bisa bersikap
tegas. Menurut Baumrind
(dalam Kalsum, 2018) “Pola asuh demokrasi ini merupakan sikap pola asuh dimana orang tua memberikan kesempatan kepada
anak dalam berpendapat dengan mempertimbangkan antara
keduanya. Akan tetapi
hasil akhir tetap ditangan orang tua”. Dengan pola
asuh seperti ini anak mendapat kebebasan sebanyak mungkin dari keluarganya. Mereka cenderung tidak menegur atau
memperingatkan anak apabila
anak sedang dalam bahaya, dan sangat sedikit
bimbingan yang diberikan oleh mereka. Sedangkan Pola asuh permisif memuat
hubungan antara anak dan orangtua penuh dengan
kasih sayang, tetapi
membuat anak menjadi
agresif dan suka menurutkan kata hatinya. Secara
lebih luas, kelemahan orangtua dan tidak konsistennya disiplin yang
diterapkan membuat anak-anak tidak terkendali, tidak
patuh, dant tingkah laku agresif diluar lingkungan keluarga. Pola asuh orang tua sangat erat hubungannya dengan motivasi belajar.
Individu yang memiliki
pola asuh orang tua yang baik maka ia akan sanggup untuk menumbuhkan motivasi
belajarnya dengan baik pula.
Orang tua mempunyai peranan penting dalam menumbuhkan motivasi belajar anak dan menentukan keberhasilan belajar anak, yaitu dengan cara orang tua mendidik anak sikap dan nilai, sehingga pola asuh
yang diterapkan orang tua akan mempengaruhi prestasi
belajar anaknya kedepannya. Penerimaan yang hangat dari orang tua, kasih
sayang, dan penghargaan dari orang
tua, merupakan wujud dari perhatian orang tua kepada anaknya. Semuanya ini mempunyai peranan yang sangat
besar terhadap kepribadian dan karakter anak,
sehingga dapat berpengaruh terhadap meningkatnya motivasi belajar anak. Berdasarkan opini diatas
tentang pola asuh orangtua dengan demikian dapat disimpulkan bahwa jika anak
yang di didik dengan pola asuh
permisif anak tersebut kurang mendapat perhatian dan dukungan dari orangtua yang menyebabkan motivasi
belajar anak disekolah kurang, sedangkan pola
asuh demokratis akan menambah motivasi belajar anak. Sejalan dengan itu
“Hasil penelitian dalam bentuk pengasuhan menggunakan pola asuh demokratis, Siswa tidak hanya memperoleh
motivasi belajar yang maksimal tetapi memiliki pendidikan karakter yang baik dalam upaya mempersiapkan generasi yang
akan datang memberikan sikap yang positif, perlakuan yang sesuai dari orang tua dalam mendidik
anak, maka akan lebih mudah meningkatkan motivasi
anak dalam belajar.” (Fatmawati, Ismaya, & Setiawan, 2021)
Salah
satu upaya dalam menyikapi rendahnya
berpikir kreatif matematis
siswa bisa ditempuh melalui pemilihan pembelajaran. Pembelajaran yang diharapkan adalah pembelajaran yang dapat memberikan kesempatan yang luas kepada siswa untuk berpikir
serta mengembangkan dan mengkomunikasikan gagasan
serta informasi dengan
menemukan sendiri atau berinteraksi. Pembelajaran yang dapat menumbuhkan aktifitas pembelajaran yang membimbing
siswa dalam penemuan pertanyaan serta jawaban yang dihasilkan terhadapnya sehingga menyebabkan rasa puas atas
keberhasilan menemukan jawaban dari permasalahan yang diajukan. Untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut,
diperlukan suatu pendekatan pembelajaran
yang dapat memberikan kesempatan siswa untuk mengungkapkan ide/gagasan matematika secara optimal serta menumbuhkan penalaran
sehingga siswa lebih berpikir dalam
belajar matematika.
Salah satu model pembelajaran yang
diterapkan dalam proses pembelajaran matematika adalah pendekatan open-ended. Pendekatan pembelajaran open-ended
merupakan salah satu alternatif pilihan pendidik dalam proses pembelajaran untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Shimada (dalam Soeyono, 2013) mengemukakan bahwa pendekatan open-ended adalah pendekatan dalam pembelajaran yang
dimulai dengan menyajikan suatu permasalahan
kepada siswa, di mana permasalahan memiliki metode atau penyelesaian yang benar lebih dari satu. Hal tersebut
serupa dengan pengertian 8 pendekatan open-ended yang dikemukakan oleh Sawada (dalam
Nurhayati, 2013) yaitu
bahwa pendekatan open-ended merupakan suatu
pendekatan dalam pembelajaran di mana guru memberikan suatu
situasi masalah pada siswa yang
solusi atau jawaban masalah tersebut dapat diperoleh dengan berbagai cara.
Tujuan penelitian ini adalah
mengetahui pengaruh pendekatan pembelajaran Open-Ended terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis dan
motivasi belajar siswa, mengetahui hubungan antara kemampuan
berpikir kreatif matematis, motivasi belajar siswa dan pola asuh orang tua.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian digunakan dalam penelitian ini merupakan Metode Campuran (Mixed Method) tipe Embedded karena sama-sama
mengumpulkan data kuantitatif dan kualitatif
dalam waktu yang bersamaan. Penelitian ini merupakan penelitian
eksperimen, desain yang digunakan
adalah desain eksperimen semu (Quasi Experiment) yaitu rancangan kelompok kontrol dan eksperimen (pretest dan
posttest) karena dipilih kelompok kontrol (kelas kontrol) dengan memperoleh pembelajaran konvensional dan kelompok
eksperimen (kelas eksperimen) memperoleh pendekatan
pembelajaran Open-Ended.
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMK ICB
Cinta Wisata Bandung. Sampel penelitiannya
adalah 2 kelas, yaitu siswa kelas X JB 1 sebagai kelas eksperimen dan kelas X JB 2
sebagai kelas kontrol. Pengumpulan data menggunakan instrumen berupa
non-tes berupa angket, lembar
observasi, dan wawancara. Tes berupa pretest dan posttest yang diberikan kepada
kedua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol.
HASIL PENELITIAN
Pada bagian ini, pembahasan dari hasil penelitian akan di
diskusikan berdasarkan teori yang relevan.
mengenai kemampuan berpikir kreatif matematis, motivasi belajar siswa dan pola asuh orangtua berdasarkan kelas dengan pendekatan pembelajaran Open-Ended dan pembelajaran konvensional.
Kemampuan Berpikir Kreatif dan Motivasi Belajar Siswa dengan Pendekatan
Open-
Ended
Berdasarkan hasil perhitungan kemampuan
berpikir kreatif matematis dengan
menggunakan Independent Sample
T-test
Uji Perbedaan Rata-rata Skor Pre-test
dan Post-test Kemampuan
Berpikir Kreatif Matematis
|
Levene’s Test
for Equality of Variances |
||||
F |
Sig. |
t |
df |
Sig. (2-tailed) |
|
Pre-Test |
2,554 |
,115 |
1,864 1,864 |
58 52,197 |
,067 ,068 |
Post-Test |
1,736 |
,193 |
2,331 2,331 |
58 51,916 |
,023 ,024 |
Berdasarkan tabel diatas diperoleh signifikansi 0,06> 0,005, maka H0 diterima H0 Kemampuan berpikir
kreatif matematis siswa pada kelas eksperimen tidak lebih baik dari
kelas kontrol atau kemampuan
berpikir kreatif matematis
kelas kontrol lebih baik dari kelas eksperimen pada data pretest. Sedangkan untuk Post-test
signifikansi 0,02 < 0,005, maka H0 ditolak. Kemampuan berpikir kreatif matematis siswa pada kelas eksperimen lebih 68
baik dari kelas kontrol atau kemampuan berpikir
kreatif matematis kelas eksperimen lebih
baik dari kelas eksperimen pada
data post-test
Uji Rata-rata Angket
Motivasi Belajar Matematika Siswa
|
Motivasi |
Mann-Whitney
U Wilcoxon W Z Asymp. Sig,
(2-tailed) |
310,500 775,500 -2,071 ,038 |
Berdasarkan Tabel
tersebut dapat dilihat
bahwa nilai Sig. (2-tailed) adalah
0,038 dimana 0,038
< 0,05 sehingga H0 ditolak, dan H1 diterima yang artinya
motivasi belajar matematika siswa yang
mendapatkan pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran Open-Ended lebih baik daripada
siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional.
Rekapitulasi Lembar Observasi
Guru dengan Pendekatan Pembelajaran Open-Ended
Pertemuan |
1 |
2 |
3 |
4 |
5 |
6 |
7 |
Rata- Rata |
Jumlah Skor observasi |
50 |
53 |
60 |
68 |
65 |
65 |
62 |
60.43 |
Persentase hasil observasi |
62,5 |
66,
25 |
75 |
85 |
81,25 |
81,25 |
77,5 |
75,54 |
Kategori |
Cukup |
Cukup |
Baik |
Baik |
Cukup |
Baik |
Baik |
Baik |
Berdasarkan dari tabel diatas yang memperlihatkan gambaran
secara keseluruhan aktivitas guru yang dalam hal ini adalah peneliti sendiri yang
menerapkannya hampir berjalan dengan
baik. Hal ini ditandai dengan rata-rata persentase keterlaksanaan aktivitas
guru mencapai 75,54 % dengan kategori baik, Perkembangan kemampuan
siswa dengan pendekatan pembelajaran Open-Ended ini sangat signifikan untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kreatif matematis
siswa. Sehingga disimpulkam bahwa kemampuan
berpikir kreatif matematis siswa yang memperoleh pendekatan open-ended
lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional.
Sesuai dengan teori Munandar (2012) berpikir kreatif adalah
kemamouan untuk melihat atau
memikirkan hal-hal yang luar biasa, yang tidak lazim,memadukan informasi yang tampaknya tidak berhubungan dan
mencetuskan solusi atau gagasan – gagasan baru yang menunjukan kelancaran, keluwesan, orsinalitas dalam berpikir dan elaboration.
Hubungan antara Kemampuan Berpikir
Kreatif dan Motivasi
Belajar Siswa
Motivasi merupakan kekuatan
dalam diri seseorang
yang mendorong untuk melakukan sesuatu
untuk mencapai tujuan,
motivasi juga merupakan
salah satu faktor yang mempengaruhi belajar dan kemampuan
siswa. Siswa yang memiliki motivasi belajar baik cenderung mencurahkan segala
kemampuannya untuk
menghasilkan hasil yang optimal.
Tabel Uji Korelasi Kemampuan
Berpikir Kreatif Matematis
Dan Motivasi Belajar
|
Kelas Kontrol |
Kelas Eksperimen |
||
|
Nilai |
Motivasi |
Nilai |
Motivasi |
Nilai |
1 |
,879 |
1 |
,387 |
Pearson |
|
,000 |
|
,035 |
Correlation |
30 |
30 |
30 |
30 |
Sig ( 2
tailed ) |
|
|
|
|
N |
|
|
|
|
Motivasi |
,879 |
1 |
,387 |
1 |
Pearson |
,000 |
|
,035 |
|
Correlation |
30 |
30 |
30 |
30 |
Sig ( 2
tailed ) |
|
|
|
|
N |
|
|
|
|
Berdasarkan tabel di atas nilai signifikansi kurang dari
0,05, sehingga H0 ditolak sehingga terdapat
hubungan yang signifikan antara
kemampuan berpikir kreatif matematis dengan motivasi belajar siswa pada kelas kontrol.
Sedangkan nilai signifikansi kurang dari 0,05,
sehingga H0 ditolak sehingga terdapat hubungan yang signifikan antara
kemampuan berpikir kreatif matematis
dengan motivasi belajar siswa pada kelas eksperimen. Berdasarkan analisis hubungan motivasi dengan kemampuan berpikir
kreatif matematis siswa
yang sangat signifikan menandakan bahwa semakin
tinggi motovasi siswa maka kemampuan
berpikir kreatif matematis siswa juga semakin tinggi.
Hubungan antara Motivasi Belajar
dan Pola Asuh Siswa
Motivasi belajar siswa memiliki hubungan yang sangat signifikan dengan pola asuh orang tua, pola asuh orang tua kategori
permisif motivasi belajarnya kurang baik karena anak yang diberi kebebasan tanpa kontrol anak seperi ini
cenderung berbuat sesuka hati sehingga disekolah anakny kurang motivasi belajar,kurang bertanggung jawab dan
tidak bisa menyelesaikan masalah sendiri
termasuk masalah matematik.
Motivasi belajar siswa dengan pola asuh demokratis
mengajarkan anak untuk berdiri sendiri, bertanggung
jawab dan yakin terhadap diri sendiri.daya kreatifitasnya berkembang dengan baik karena orang
tua selalu merangsang anaknya untuk mampu berinisiatif. Dengan demikin dapat disimpulkan kalau pola asuh orang
tua sangat mempengaruhi motovasi siswa dalam
belajar.
Uji Normalitas Data Motivasi Belajar
dengan Pola Asuh Permisif dan Demokratis
Taste of Normality
|
Kelas |
Kolmogorov |
Smirnov |
|
Shapiro |
wilk |
|
Statistic |
df |
sig |
Statistic |
df |
sig |
||
Motivasi |
Demokratis |
,103 |
20 |
,200 |
,967 |
20 |
,681 |
Permisif |
,104 |
10 |
,200 |
,926 |
10 |
,408 |
Berdasarkan Tabel dapat
dilihat bahwa uji normalitas data motivasi belajar untuk eksperimen (pola asuh demokratis) diperoleh signifikansi 0,681
> 0,05 maka H0 diterima, artinya data skor angket
motivasi belajar berdistribusi normal. Dengan demikian data motivasi belajar
siswa kelas eksperimen berdistribusi
normal. Sama hal dengan kelas kontrol diperoleh signifikansi 0,408 > 0,05, maka maka H0 diterima,
artinya data skor angket motivasi belajar berdistribusi normal. Dengan demikian
data motivasi belajar
siswa kelas kontrol berdistribusi normal.
PEMBAHASAN
Pada bagian ini, pembahasan dari hasil
penelitian akan di diskusikan berdasarkan teori yang relevan.mengenai kemampuan berfikir kreatif matematis,motovasi belajar siswa dan pola asuh orantua berdasarkan kelas dengan pemdekatan pembelajaran Open-Ended dan pembelajran konvensional.
Kemampuan
Berpikir Kreatif dan Motivasi Belajar Siswa dengan Pendekatan Open- Ended
Berdasarkan analisis data nilai
kemampuan berpikir kreaatif matematis siswa dengan pendekatan Open-ended lebih baik daripada kemampuan berpikir
kreatif matematis dengan pembelajaran konvensional. Pendekatan open ended baik diterapkan untuk membuat kemampuan
berpikir kreatif matematis siswa lebih
baik hal ini terlihat dari
1.
Siswa berpartisipasi lebih aktif
dalam pembelajaran dan sering mengekspresikan
idenya
2.
Siswa dengan kemampuan matematika rendah dapat merespon permasalahan dengan cara mereka sendirI
3.
Siswa memiliki pengalaman banyak
untuk menemukan sesuatu
dalam menjawab permasalahan
Perkembangan kemamapuan siswa diatas merupakan dampak dari
pendekatan pembelajaran Open- Ended,
dapat dikatakan bahwa pendekatan pembelajaran open-ended sangat signifikan untuk
menumbuhkan kemampuan berpikir
kreatif matematis siswa. Sehingga
disimpulkan bahwa kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang
memperoleh pendekatan pembelajaran
open-ended lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional. Kelas kondusif dan siswa berdiskusi, responden aktif bertanya
dan mengungkapkan pendapat dengan teman-temannya atau responden lain.
Sesuai dengan penemuan diatas relevan dengan teori
Krutetski (Solihah Siti, 2018:27) mendefinisikan
kemampuan berpikir kreatif matematis sebagai kemampuan menemukan solusi masalah matematika
secara mudah dan fleksibel. Menurut
Livne (Solihah Siti, 2018:27) kemampuan berpikir kreatif matematis
merujuk pada kemampuan untuk meghasilkan solusi bervariasi yang bersifat
baru 95 terhadap masalah
matematika yang bersifat terbuka.
Sedangkan
menurut Munandar (2012) berpikir kreatif adalah kemampuan untuk melihat atau memikirkan hal-hal yang luar biasa,
yang tidak lazim
.
Hubungan antara Kemampuan
Berpikir Kreatif dan Motivasi Belajar
Siswa
Motivasi belajar siswa yang mendapatkan
pendekatatan pembelajaran open-ended lebih
baik daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional pada saat
pembelajaran matematika. berdasarkan
pengamatan guru dikelas pada pendekatan pemebelajaran open- ended siswa yang biasanya diam, tidak aktif menjadi sering bertanya dan menjawab pertanyaan guru. Selain itu ketika berdiskusi siswa lebih termotivasi untuk berusaha memahami
materi dan soal-soal
yang diberikan guru. Pada pembelajaran konvensional motivasi
belajarnya kurang karena siswa perlu diberi contoh sehingga ketika diberikan
soal latihan bisa mengerjakan, akan
tetapi jika diberikan soal-soal/masalah yang berbeda/ tidak rutin,
siswa tidak bisa mengerjakan dan tidak berusaha
mencari solusi serta
hanya menunggu pembahasan dari guru.
Menurut Hamalik (2011:158) motivasi
adalah, “Perubahan energi dalam diri (pribadi)
seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk
mencapai tujuan.” Hal senada juga
diungkapkan oleh Mc. Donald dalam Hamalik (2011:158) motivasi adalah, “Perubahan energi dalam diri seseorang
yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan
didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.” Dapat dikatakan
motivasi merupakan tenaga yang menggerakkan dan mengarahkan aktivitas seseorang untuk mencapai
tujuan yang diinginka
Motivasi mempunyai fungsi yang penting dalam belajar
matematika karena motivasi akan menentukan
intensitas usaha belajar yang dilakukan oleh siswa. Hamalik (2011:161)
mengemukakan tiga fungsi motivasi yang meliputi:
a.
Mendorong timbulnya kelakuaan atau
suatu perbuatan. Tanpa motivasi maka tidak akan timbul sesuatu perbuatan
seperti belajar.
b.
Motivasi berfungsi sebagai
pengarah. Artinya mengarahkan perbuatan kepencapaian tujuan yang diinginkan.
c.
Motivasi berfungsi sebagai
penggerak. Ia berfungsi sebagai mesin bagi mobil. Besar kecilnya motivasi
akan menentukan cepat atau lembatnya suatu pekerjaan.
Dengan kata lain motivasi dapat
berfungsi sebagai pendorong usaha atau pencapaian prestasi. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan
menunjukkan hasil belajar yang optimal. Memberikan motivasi kepada
siswa berarti menggerakkan siswa untuk melakukan sesuatu atau melakukan kegiatan
belajar
.
Hubungan antara Motivasi Belajar
dan Pola Asuh Siswa
Pola asuh orangtua yang dianalisis peneliti adalah pola asuh permisif dan pola asuh demokratis. Pola asuh demokratis merupakan pola asuh
yang paling baik. Dimana orangtua
bersikap friendly dan anak bebas mengemukakan pendapatnya. Pada pola asuh demokratis memotivasi
belajar siswa dengan lebih baik sedangkan pola asuh permisif
memiliki motivasi belajar
kurang baik. Peran orangtua
memiliki pengaruh yang cukup besar dalam menumbuhkan motivasi belajar siswa, cara mendidik orangtua,
perhatian orangtua, aturan dirumah dan kebiasaan - kebiasaan dirumah
sangat mempengaruhi motivasi
belajar siswa.
KESIMPULAN
Kemampuan berfikir kreatif matematis siswa dengan
menggunakan pendekatan pembelajaran Open-Ended lebih baik daripada
siswa yang mendapatkan pembelajaran Konvensional. Terdapat hubungan yang signifikan antara
kemampuan berfikir kreatif matematis dengan motivasi belajar
siswa dengan pendekatan pembelajaran Open-ended dan pembelajaran konvensional Motivasi belajar siswa mempunyau hubungan
yang sangat signifikan juga dengan pola
asuh orang tua dimana orang tua yang menerapkan pola asuh demokratis lebih baik dari pada pola asuh permisif
REFERENSI
Andiyana, M. A., Maya, R., &
Hidayat, W. (2018). Analisis kemampuan berpikir kreatif matematis siswa smp pada materi bangun ruang. JPMI (Jurnal
Pembelajaran Matematika Inovatif), 1(3), 239-248.
Artikasari, E. A., & Saefudin, A.
A. (2017). Menumbuh kembangkan kemampuan berpikir kreatif matematis dengan pendekatan contextual teaching and
learning. Jurnal Math Educator Nusantara: Wahana Publikasi Karya Tulis
Ilmiah di Bidang Pendidikan Matematika, 3(2), 73-82.
Fatmawati, E., Ismaya, E. A., & Setiawan, D. (2021).
Pola Asuh Orang Tua Dalam Memotivasi Belajar
Anak Pada Pembelajaran Daring. Jurnal Educatio
FKIP UNMA, 7(1), 104-110.
Hero,
H., & Sni, M. E. (2018). Peran Orang Tua dalam
Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas V di Sekolah Dasar
Inpres Iligetang. JRPD (Jurnal Riset Pendidikan Dasar),
1(2), 129-139.
Kalsum, U. (2018). Pengaruh Pola Asuh
Orang Tua (Permisif) Terhadap Kedisiplinan Belajar Anak Kelompok B Di Paud Harapan 1 Kartasura Tahun Ajaran
2017/2018 (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).
Nurhayati, E. (2018). Psikologi
pendidikan inovatif (Vol. 2). Pustaka
Pelajar.
Peter, E. E. (2012). Critical
thinking: Essence for teaching mathematics and mathematics problem
solving skills. African
Journal of Mathematics and Computer Science
Research, 5(3), 39-43.
Rokhayati, T., Tanuredja, T., &
Jazuli, A. (2020). Pengaruh Permainan Crossword Puzzle terhadap Motivasi dan Hasil Belajar Peserta Didik SD IT Harapan
Umat Purbalingga. Tunjuk Ajar: Jurnal Penelitian Ilmu Pendidikan, 3(1), 65-76.
Soeyono, Y. (2014). Pengembangan bahan
ajar matematika dengan pendekatan open-ended
untuk meningkatkan kemampuan
berpikir kritis dan kreatif siswa SMA. PYTHAGORAS: Jurnal Pendidikan
Matematika, 9(2), 205-218.
Suryani, D. R., & Lestari, N. (2019). Penggunaan variasi media pembelajaran untuk meningkatkan motivasi dan minat belajar
matematika siswa kelas XI ips 3 SMA Negeri 2 Merauke. Musamus
Journal of Mathematics
Education, 1(2), 74-79.
Yuliana, Y., Putra, M. J. A., & Antosa,
Z. (2020). Faktor-Faktir yang Mempengaruhi Motivasi
Siswa Sekolah Dasar dalam Mengikuti Aktivitas Pramuka Penggalang. Tunjuk
Ajar: Jurnal Penelitian Ilmu Pendidikan, 3(2), 210-226.
Komentar
Posting Komentar