Langsung ke konten utama

SEMILOKA (Seminar Loka Karya): KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA TERHADAP PEMBELAJARAN MATEMATIK DI ABAD 21

 

KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA TERHADAP PEMBELAJARAN MATEMATIK DI ABAD 21

Oleh

Qotrunithra Bilqis Aria

Program Pendidikan Matematika Universitas Pasundan Bandung

Abstrak

Saat ini perkembangan digital semakin pesat, pembelajaran disekolah harus mengikuti perkembangan tersebut.Bahkan model pembelajaran akan bergeser kearah penerapan teknologi. Pembelajaran abad 21 merupakan pembelajaran yang dirancang agar generasi abad 21 dapat mengikuti arus perkembangan teknologi.Siswa diharuskan dapat menguasai empat keterampilan belajar, yakni : Creative and inovative, critical thinking and problem solving, comunication dan collaboration .Dalam hal ini, kemampuan berpikir kritis siswa sangatlah penting karena siswa diharapkan mampu beradaptasi dengan zaman dan bisa berkompetisi dengan baik dimasa yang akan mendatang.Oleh karena itu, kemampuan berpikir kritis siswa sangat penting di kembangkan untuk mempersiapkan abad 21 ini.

Kata kunci : Pembelajaran abad 21, kemampuan berpikir kritis.

Abstract

Currently digital developments are increasingly rapid, learning in schools must follow these developments. Even the learning model will shift towards the application of technology. 21st century learning is learning designed so that the 21st century generation can follow the flow of technological developments. Students are required to master 4 learning skills, namely: Creative and innovative, critical thinking and problem solving, communication and collaboration. In this case, students' critical thinking skills are very important. This is important because students are expected to be able to adapt to the times and be able to compete well in the future. Therefore, students' critical thinking skills are very important to develop to prepare for the 21st century.

Keywords: 21st century learning, critical thinking skills.


Pendahuluan

Berbagai inovasi dalam pendidikan matematika terus berkembang hingga menghasilkan produk baru dalam pembelajaran.Inovasi tersebut diharapkan dapat memperbaiki dan meningkatkan proses kegiatan belajar mengajar baik dalam bentuk kurikulum baru, model pembelajaran baru, hingga materi baru.Istilah mempersiapkan pendidikan di era baru disebut dengan pembelajaran abad 21.Menurut Subroto dan Wahyunita (2021, hlm 1011) “Untuk mempersiapkan industri 4.0 pelu adanya dorongan pengembangan keterampilan kepada peserta didik yang lebih dikenal dengan keterampilan abad 21”.Pada pembelajaran abad 21 ini peserta didik yang berperan aktif dalam pembelajaran.Perubahan kurikulum ini menuntut peserta didik untuk membentuk kemampuan berpikir kritis dan kreatif.Menurut Rafiqoh (2018, hlm 59) bahwa Pendidikan abad 21 ini ditekankan untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkompeten, berwawasan, kreatif, dan inovatif”.

Pembelajaran abad 21 ini sudah diadaptasi di Indonesia melalui kurikulum 2013 pada Permen Nomor 32 Tahun 2013 pasal 19 “Proses Pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi Peserta Didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis Peserta Didik”.Menurut Rafiqoh (2018, hlm 60) “Secara umum, pembelajaran abad 21 mengedepankan kemampuan inovatif, kreatif, kemampuan memecahkan masalah, kemampuan memecahkan masalah dan berpikir kritis, kemampuan dalam berkomunikasi dan bekerjasama, serta memanfaatkan teknologi secara tepat”.Selain itu, pada pembelajaran abad 21 siswa dapat menguasai empat keterampilan belajar, yakni : Creative and inovative, critical thinking and problem solving, comunication dan collaboration .

Berpikir kritis merupakan salah satu dari empat keterampilan belajar yang harus dimiliki siswa.Menurut Mubaroh & Suhandi (dalam Anggreini,dkk, 2019, hlm 759) “Pada dunia pembelajaran, kemampuan berpikir kritis siswa perlu dikembangkan agar siswa dapat memecahkan permasalahan yang diberikan) Martin (dalam Dewi,dkk, 2017, hlm.163) menjelaskan bahwa Hasil TIMSS pada


tahun 2011 yang di publikasikan pada tahun 2012 kemampuan berpikir kritis siswa di Indonesia berada di peringkat 40 dari 42”.Oleh karena itu, kemampuan berpikir kritis di Indonesia harus dikembangkan karena kemampuan berpikir kritis diperlukan pada abad 21untuk menentukan keberhasilan dalam kegiatan pembelajaran.

Berpikir kritis merupakan kemampuan memecahkan masalah dengan baik dan tepat.Hal ini sesuai dengan indikator berpikir kritis yang dijelaskan oleh Hidayat & Susilawati (2016, hlm.61) yaitu 1) Memembuat keserupaan dan mampu membuat kesimpulan dari keserupaan tersebut, 2)Mampu membuktikan dan memberikan alasan secara logis, 3) Mampu memecahkan masalah.Oleh karena itu,dapat dikatakan bahwa kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan yang sangat penting sehingga dijadikan tujuan pokok dalam pendidikan.

Berdasarkan pemaparan diatas, maka tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menjawab pertanyaan sebagai berikut :

1. Apa saja keterampilan yang harus dimiliki oleh siswa pada pembelajaran matematika abad 21?

2. Apa saja indikator pada kemampuan berpikir kritis ?

3. Bagaimana karakteristik pembelajaran abad 21?

4. Bagaimana cara membangun kemampuan berpikir kritis matematis siswa dengan pembelajaran abad 21 ?

Keterampilan Pada Pembelajaran Matematika Abad 21

Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat menghasilkan SDM yang memiliki kemampuan komunikasi, ahli teknologi, keterampilan berpikir kreatif dan kritis untuk memecahkan suatu masalah.Saat ini Indonesia sedang mempersiapkan pendidikan di era baru yang dikenal dengan 21st century learning atau dikenal dengan pembelajaran abad 21.Rafiqoh (2018, hlm.59) mengutarakan bahwa “ Pendidikan abad 21 ini menekankan untuk menghasilkan SDM yang kompeten, berwawan luas, kreatif, dan inovatif.Pembelajaran abad 21 juga mendukung program pemerintah Indonesia yaitu revolusi 4.0”.

Indonesia mengharapkan menghasilkan SDM yang berkompeten.Oleh karena itu, pada pembelajaran abad 21 peserta didik harus menguasai empat


keterampilan belajar.Menurut As’ari (dalam Noorbaiti, dkk, 2020, hlm.38) bahwa ada empat keterampilan belajar pada abad 21 ini yang dikenal dengan 4C yakni creative and inovative, comunication, collaboration, critical thinking and problem solving.

Creative and inovative merupakan kemampuan berpikir kreatif dan inovatif yang harus dimiliki oleh siswa.Karena dengan memiliki kemampuan creative and inovative siswa akan berkreasi memecahkan masalah.Menurut Noorbaiti, dkk (2020, hlm.39) mengutarakan bahwa selama pembelajaran guru harus menciptakan pembelajaran yang membuat peserta didik berkreasi dan berinovasi bukan didikte atau diintimidasi oleh guru.Karena pada kedua keterampilan ini tentunya berhubungan.Dimana creative atau kreatif siswa harus memiliki wawasan dan ide untuk memecahkan masalah, sedangkan inovative atau inovasi siswa harus mengimplementasikan suatu pikiran yang telah dibuat untuk membuat kemajuan.

Comunication merupakan kemampuan berbicara siswa dalam menyampaikan solusi, dalam pelaksanaan pembelajaran komunikasi tidak hanya secara lisan saja tetapi komunikasi dapat terjalin dengan tulisan.Hal ini selaras dengan Rachmayani (dalam Noorbaiti, dkk, 2020, hlm.38) menjelaskan bahwa komunikasi matematis tidak hanya komunikasi dalam bentuk lisan tetapi siswa dapat mengutarakan idenya dalam bentuk tulisan.Oleh karena itu, siswa perlu dilatih untuk mengungkapkan pemahaman secara jelas, afektif, dan kreatif.

Collaboration merupakan kegiatan belajar yang dilaksanakan secara bersama-sama atau berkelompok agar peserta didik dapat menghargai pendapat orang lain, menyadari kesalahan, bertanggung jawab dan aktif dalam mencari ilmu pengetahuan.Surnadi ( dalam Nahdi, 2019, dalam Noorbaiti, dkk, 2020, hlm.39) mengutarakan bahwa kegiatan belajar dalam kemampuan kolaborasi yaitu peserta didik sama-sama mencari informasi mengenai pengetahuan materi, membangun berkelompok, menyusun tujuan, mengelola waktu, berpendapat, dan menyelesaikan masalah secara berkelompok.

Critical thinking and problem solving merupakan kemampuan pemecahan masalah dengan pemikiran tingkat tinggi.Menurut Noorbaiti, dkk (2020, hlm.39) critical thinking and problem solving artinya proses pembelajaran yang


hendaknya membuat siswa berpikir kritis dengan menghubungkan pembelajaran dan masalah-masalah konstekstual dalam kehidupan sehari-hari.Oleh karena itu, dalam kemampuan berpikir kritis siswa perlu konsisten dalam mengambil keputusan yang diperoleh.Oleh karena itu, peran guru bukan hanya memberikan informasi mengenai ilmu penegtahuan saja tetapi mengarahkan dan memfasilitasi siswa dalam proses pembelajaran agar terciptanya sumber daya manusia yang unggul.

Kemampuan pembelajaran 4C ini digunakan pula dalam mata pelajaran matematika karena untuk meningkatkan kualitas pembelajaran matematika di zaman saat ini. Ismail,dkk (2019, hlm.82) mengutarakan bahwa pengembangan kurikulum matematika itu kedepan diarahkan untuk meningkatkan suatu kecakapan hidup (life skills), terutama dalam membangun suatu kreatifitas, kemampuanberpikir kritis, berkolaborasi atau bekerja sama, dan kecakapan berkomunikasi.Hal ini selaras dengan kemampuan belajar pada pembelajaran abad 21.

Pembelajaran matematika harus mengubah pembelajaaran dari mekanisme menjadi humanistis yang berkarakter.Karena, pada dasarnya matematika mengarahkan pada pembelajaran yang memberikan keleluasaan siswa untuk belajar secara aktif, kritis, kreatif dan inovatif, kolaborasi atau bekerja sama, dan komunikasi. Ismail,dkk (2019, hlm.83) mengutarakan bahwa pembelajaran matematika dulunya memasung kreatifitas dan inovasi seaat ini siswa yang memberikan kreatifitas dan inovasi, pembelajaran matematika harus mengubah komunikatif dan kolaboratif yang dikenal sebagai kecakapan abad 21.Selain itu siswa juga harus memiliki kemampuan berpikir kritis untuk memecahkan suatu masalah.

Indikator Kemampuan Berpikir Kritis

Berpikir kritis merupakan salah satu kemampuan belajar yang harus dimiliki oleh siswa.Istilah berpikir kritis sering dinamakan dengan berpikir konvergen.Berpikir konvergen merupakan berpikir yang bersifat memusat.Setiawan (2015, hlm.93) mengungkapkan berpikir kritis adalah berpikir dengan memeriksa, menghubungkan, dan mengevaluasi semua aspek dari suatu masalah di dalamnya mengumpulkan, mengorganisir, mengingat, dan


menganalisa informasi.Khairani & Putra ( 2020, hlm.3) mengungkapkan bahwa siswa yang berpikir kritis diharapkan menggunakan meatematika secara berpikir nalar (berpikir logis, kritis, sistematis, dan objektif) yang digunakan dalam menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari maupun mempelajari ilmu pengetahuan.Jadi berpikir kritis merupakan meyakini mengenai kemampuan diri dan tidak mudah percaya begitu saja apa yang diungkapkan oleh orang lain.

Mengajarkan kemampuan berpikir kritis kepada siswa diharapkan dapat mengembangkan pola pikir dan dapat bersaing.Oleh karena itu, terdapat beberapa indikator dalam berpikir kritis.Menurut Hidayat,dkk (dalam Subroto & Wahyunita, 2021, hlm.1011) indikator berpikir kritis dibagi menjadi lima aspek yaitu 1) aspek memberikan penjelasan memiliki indikator memfokuskan dan menganalisis pertanyaan dan bertanya yang membutuhkan penjelasan, 2) aspek membangun keterampilan memiliki indikator mengobservasi dan mempertimbangkan hasil observasi, 3) aspek membuat kesimpulan memiliki indikator menginduksi, mendeduksi, dan mempertimbangkan hasil induksi dan deduksi, 4) aspek membuat penjelasan dengan indikator mendefinisikan sebuah istilah mendefiniskan, mempertimbangkan, dan mengidentifikasi, 5)aspek membuat perkiraan dan integrasi dengan indikator berintegrasi.Menurut Hidayat & Susilawati (2016, hlm.61) terdapat 3 indikator dalam berpikir kritis yaitu 1) memembuat keserupaan dan mampu membuat kesimpulan dari keserupaan tersebut, 2) mampu membuktikan dan memberikan alasan secara logis, 3) mampu memecahkan masalah. Oleh karena itu,dapat dikatakan bahwa kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan yang sangat penting sehingga dijadikan tujuan pokok dalam pendidikan.

Karakteristik Pembelajaran Abad 21

Pembelajaran abad 21 memiliki tujuan pembelajaran yang dikenal dengan 4C yaitu creative and inovative, comunication, collaboration, critical thinking and problem solving.Hal ini selaras dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh ATC21S (2013, dalam Arifin, 2017, hlm.93) mengutarakan bahwa kecakapan abad 21 dikelompokan menjadi 4 kategori dan salah satunya adalah kecakapan dalam berpikir dan berterampil.Pada pembelajaran abad 21 ini mengutamakan pada keterampilan siswa karena pada pembelajaran abad 21 tonggak utamanya


adalah teknologi.Arifin (2017, hlm.94) menjelaskan bahwa “Keterampilan abad 21 ada bermacam-macam cara yaitu keterampilan belajar dan berpikir (pemikiran yang lebih tinggi, perencanaan, pengelolaan, kerjasama), melek teknologi ( mengunakan teknologi dalam pembelajaran), dan keterampilan menjadi seseorang pemimpin (kreatifitas, etika, dan menciptakan produk).

Penanaman karakter kepada siswa tentunya tidak hanya memberikan pengetahuan saja tetapi sikap dan keterampilan.Menurut Ismail,dkk (2019, hlm.78) bahwa “Terdapat delapan belas nilai karakteristik sikap dalam semua materi pelajaran yaitu religius, disiplin, jujur, toleransi, nilai kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab”.Pembentukan karakter sikap dalam diri peserta didik dapat dibentuk oleh individu atau dengan bantuan sekitar seperti guru dan orang tua.

Pada pembelajaran abad 21 ini lebih mengutamakan pada “life skills” atau ketereampilan siswa.Terdapat beberapa karakteristik dalam pembelajaran abad 21 ini, Ismail,dkk (2019, hlm.77) mengutarakan bahwa terdapat karakteristik keterampilan dalam pembelajaran abad 21 yaitu kemampuan literasi, kecakapan pengetahuan, kecakapan dan sikap, serta penguasaan teknologi.Melihat perkembangan zaman saat ini tentunya bidang teknologi dan komunikasi berkembang sangat pesat khusunya pada sosial media.Saat ini banyak sekali orang-orang yang tidak bertanggung jawab yang membuat konten atau aplikasi yang tidak mendidik pada akhirnya merusak karakter anak bangsa.Oleh karena itu, diharapkan guru dapat menanamkan keterampilan siswa dalam menggunakan dan memanfaatkan teknologi secara baik dan bijak untuk menciptakan SDM yang unggul.

Membangun Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Dalam Pembelajaran Abad 21

Salah satu keterampilan dalam pembelajaran matematika abad 21 adalah kemampuan berpikir kritis.Tentunya melatih kemampuan berpikir kritis matematis siswa tidaklah mudah.Karena siswa memerlukan kemampuan mengidentifikasi suatu alasan dan mengevaluasi suatu pernyataa.Menurut


Khairani dan Putra ( 2020, hlm.3) bahwa “Kemampuan berpikir kritis ini mengarah kepada kegiatan yang menganalisis suatu gagasan secara sistematis, spesifik, cermat, teliti, dan menggunakan logika juga bukti sehingga kemampuan berpikir kritis siswa perlu dikembangkan khususnya dalam pelajaran matematika ”.Oleh karena itu, guru berperan penting untuk meningkatkan pendidikan di Indonesia ini.

Untuk melatih kemampuan berpikir kritis matematis di abad 21 guru harus memahami indikator berpikir kritis dan karakteristik pembelajaran abad 21.Hal ini selaras dengan Ismail, dkk (2020, hlm.82) menjelaskan dalam pembelajaran matematika bahwa seorang guru matematika yang profesional dan kompeten harus mempunyai wawasan landasan dalam perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran matematika, wawasan itu bisa berupa teori yang dapat dikembangkan dan di perbaikan dalam pembelajaran matematika.

Ismail, dkk (2020, hlm.82) mengutarakan salah satu contoh membangun kemampuan berpikir kritis matematis siswa dalam pembelajaran abad 21, yaitu : Materi : Statistik

Tujuan pembelajaran : Siswa dapat menilai suatu ukuran pemutusan yang tepat untuk menginformasikan kumpulan data dengan kritis.

Kegiatan belajar : Guru menunjukan kemampuan berpikir kritis dengan memperhatikan kemampuan : 1) menginterpretasi informasi, 2) Menilai bukti, 3) Mengidentifikasi asumsi-asumsi dan kesalahan-kesalahan dalam bernalar, 4) Menyajikan informasi, dan 5) Menarik kesimpulan.Selanjutnya guru memberikan kumpulan berbagai data, misalkan tinggi badan, ukuran sepatu, dan kegemaran siswa.Dimodelkan ada seseorang pengawas akan mencari data untuk menjawab beberapa pertanyaan berikut : 1) Saya akan mencari siswa yang akan dilatih untuk bermain bola basket.Berapakah rata-rata tinggi siswa disekolah? 2) Berapa rata- rata ukuran sepatu siswa disini?ada bantuan suatu gratis dari perusahaan tambang minyak.3) Siswa disini rata-rata menggemari sepak bola.Apakah tidak ada yang menyukai bolla volly?Siswa diminta untuk menilai apakah pernyataan atau pertanyaan pengawas itu sesuai dengan kebutuhan informasi yang diperlukan?Menurut kalian, apakah yang ditanyakan pengawas itu sesuai dengan


informasi yang dibutuhkan? Ukuran pemusatan apakah yang sesuai? Jelaskan dan buatlah kesimpulan.

Karakter yang dibangun adalah berpikir kritis,berkolaborasi, dan berkomunikasi.Hendaknya guru memberikan stimulus kepada siswa untuk mencoba memperhatikan dan memahami satu persatu pernyataan tersebut, dan meminta siswa untuk merespon pertanyaan dengan mengkomunikasina pendapatnya dengan rasa tanggung jawab.Jika siswa menanggapi dengan kritis maka guru dapat memberikan respon yang positif.

Penutup

Penerapan pembelajaran matematika diabad 21 untuk membangun kemampuan berpikir kritis siswa dapat dilakukan guru dengan memperhatikan indikator kemampuan berpikir kritis dan karakteristik pembelajaran abad 21.Tentunya dalam penerapan kemampuan berpikir kritis matematis dalam pembelajaran abad 21 diperlukan kesabaran dan ketelatenan seorang guru.Tujuannya agar siswa dapat memiliki kemampuan keterampilan belajar 4C yaitu Creative and inovative, comunication, collaboration, critical thinking and problem solving.Selain itu siswa dapat menganalisis suatu gagasan secara sistematis, spesifik, cermat, teliti, dan menggunakan logika untuk membangun berpikir kritis siwa.

Daftar Pustaka

Andrian, Y & Rusman, (2013).Implementasi Pembelajaran Abad 21 Dalam Kurikulum 2013, Jurnal Penelitian dan Ilmu Pendidikan. 12(1): halaman 14-23.

Subroto & Wahyunita, (2021). Efektivitas Model Pembelajaran Blended Learning dengan Pendekatan STEM Dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Berfikir Kritis Peserta Didik, Edukatif : Jurnal Pendidikan. 3(3): halaman                                                       1010-1021.

https://sinta.ristekbrin.go.id/journals/detail/?id=7104 (Diakses tanggal 28 September 2021).

Rafiqoh, (2020).Arah Kecenderungan dan Isu Dalam Pembelajaran Matematika Abad 21untuk Menghadapi Revolusi 4.0, Jurnal MathEducation Nusantara.                      3(1):                      halaman                                        58-73.


http://jurnal.pascaumnaw.ac.id/index.php/JMN/article/view/101 (Diakses tanggal 2 November 2021).

Anggraeni, dkk, (2019).Pengaruh Blended Learning terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMA pada Materi Suhu dan Kalor, Jurnal Pendidikan : Teori, Penelitian, dan Pengembangan. 4(6): halaman 758- 763. https://sinta.ristekbrin.go.id/journals/detail/?id=163 (Diakses

tanggal 28 September 2021).

 

Dewi, dkk, (2017).Efektivitas Penerapan Model Pembelajaran Flipped Classroom   Pada   Peningkatan    Kemampuan    Berpikir    Kritis Siswa, Edutcehnologia. 3(2) : halaman -.

Setiawan,    (2015).   Meningkatkan   Kemampuan    Berpikir   Kritis   Matematis Siswa Smp Dengan Menggunakan Model Penemuan Terbimbing, Jurnal Ilmiah UPT P2M STKIP Siliwangi. 2(1): halaman 91-97. http://e-journal.stkipsiliwangi.ac.id/index.php/p2m/article/view/168 (Diakses tanggal 6 September 2021).

Khairani & Putra, (2020). Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa SMA Melalui Model Pembelajaran Matematika Knisley Dengan Metode Brainstorming, symmetry Pasundan Journal of Research in Mathematics Learning and Education. 5(1): halaman 1-16. https://journal.unpas.ac.id/index.php/symmetry/article/view/2923/1331c (Diakse tanggal 6 September 2021).

Noorbaiti, dkk, (2020). Bimbingan Penyusunan Perangkat Pembelajaran 4C (Communication,Collaboration, Critical Thinking, And Creativity) Bagi Guru Peserta MGMP Matematika SMA Kota Banjarmasin.Makalah disajikan kegiatan bimbingan penyusunan perangkat pembelajaran 4C (Communication, Collaboration, Critical Thinking, And Creativity) bagi guru peserta MGMP Matematika SMA Kota Banjarmasin.

Arifin, (2017). Mengembangkan Instrumen Pengukur Critical Thinking Skills Siswa pada Pembelajaran Matematika Abad 21, Jurnal THEOREMS (The Original Research Of Mathematics). 1(2): halaman 92-100. https://core.ac.uk/download/pdf/228883455.pdf (Diakse tanggal 9 September 2021).

Ismail, dkk, (2019). Membangun Karakter Melalui Implementasi Teori Belajar Behavioristik Pembelajaran Matematika Berbasis Kecakapan Abad 21, Menara         Ilmu.               13(11):               halaman                           76-88.

http://jurnal.umsb.ac.id/index.php/menarailmu/article/view/1649/1410 (Diakses tanggal 9 September 2021).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pendaftaran MEF 2018

Himpunan Mahasiswa Pendidikan Matematika (HIMATIKA) Universitas Pasundan  Proudly Present MEF (Mathematics Education Fair) 2018             Come and Join Us ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ 1. Lomba Ngutak Ngatik   Nguteuk Matematika (LN3M) : Untuk SMA & MA Se-Provinsi Jawa Barat 2. Tahfidz Quran : SMA Se-Bandung Raya 3. Lomba Karya Tulis Ilmiah (LKTI) : Untuk Mahasiswa S1 Se-Unpas 4. Lomba MTQ :  Untuk Mahasiswa S1 Se-Unpas 4. Tabligh Akbar : Untuk umum 5. Seminar Nasional : Untuk umum Will be held on : 29 Januari 2018 -  03 Februari 2018 At Kampus II Universitas Pasundan Tamansari ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ CP for More Information: Fitrioni   Patrianto :  085711009751 Wilang Kencana Putra : 085703406101 Muhammad  Arif  Rahman :  08882316489 Rian   Andriana :  085771192219 Satriyo   Primantoro :  085815681845 ~~~~~~~~~~~...

Visi Misi HIMATIKA KITA Periode 2016-2017

PKKMB JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA (SIGMA 2018)

PKKMB Jurusan Pendidikan Matematika SIGMA 2018 Siapa nih yang kangen ospek??? Cung...... Kita kenang masa-masa PKKMB Jurusan yuk...... PKKMB merupakan kegiatan untuk memperkenalkan kampus kepada mahasiswa baru secara akademik dan awal pembentukan langkah karakter mahasiswa menjadi mahasiswa untuk memasuki lingkup perkuliahan. SIGMA (Salutation In Generation of Mathematics) 2018 adalah nama kegiatan PKKMB Jurusan Pendidikan Matematika untuk angkatan 2018. SIGMA 2018 ini dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 30 Agustus 2018 yang bertempat di Gedung FKIP Unpas Tamansari. Kegiatan SIGMA 2018 ini dibuka langsung oleh Ketua Program Studi Pendidikan Matematika yaitu Bp. Darta., M.Pd. Salah satu kegiatan yang ada di SIGMA 2018 ini yaitu kegiatan Materi. Masih inget ga nih maba gemesh materi apa aja yang ada di PKKMB jurusan??? Materi-materi yang ada di SIGMA ini yaitu materi tentang pengenalan prodi & sistem perkuliahan, pemanfaatan teknologi informatika di matematika...