SEMILOKA (Seminar Loka Karya): KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA TERHADAP PEMBELAJARAN MATEMATIK DI ABAD 21
KEMAMPUAN BERPIKIR
KRITIS SISWA TERHADAP PEMBELAJARAN MATEMATIK DI ABAD 21
Oleh
Qotrunithra Bilqis Aria
Program Pendidikan Matematika Universitas Pasundan Bandung
Abstrak
Saat ini perkembangan digital semakin pesat, pembelajaran disekolah
harus mengikuti perkembangan tersebut.Bahkan model pembelajaran akan bergeser kearah penerapan teknologi. Pembelajaran
abad 21 merupakan pembelajaran yang dirancang agar generasi abad 21 dapat mengikuti arus perkembangan teknologi.Siswa diharuskan dapat menguasai
empat keterampilan belajar, yakni : Creative and inovative, critical thinking
and problem solving, comunication dan collaboration
.Dalam hal ini, kemampuan berpikir kritis siswa sangatlah penting karena siswa diharapkan mampu beradaptasi
dengan zaman dan bisa berkompetisi dengan
baik dimasa yang akan mendatang.Oleh karena itu, kemampuan berpikir kritis
siswa sangat penting
di kembangkan untuk mempersiapkan abad 21 ini.
Kata kunci : Pembelajaran abad 21, kemampuan berpikir
kritis.
Abstract
Currently digital
developments are increasingly rapid, learning in schools must follow these developments. Even the learning
model will shift towards the application
of technology. 21st century learning is learning designed so that the 21st century generation can follow the flow of technological developments. Students are required
to master 4 learning skills,
namely: Creative and innovative, critical
thinking and problem
solving, communication and collaboration.
In this case, students' critical thinking skills are very important. This is important because students are
expected to be able to adapt to the times and
be able to compete well in the future. Therefore, students' critical thinking skills
are very important to develop to prepare for the 21st century.
Keywords: 21st century learning, critical thinking skills.
Pendahuluan
Berbagai
inovasi dalam pendidikan matematika terus berkembang hingga menghasilkan produk baru dalam
pembelajaran.Inovasi tersebut diharapkan dapat
memperbaiki dan meningkatkan proses kegiatan belajar
mengajar baik dalam
bentuk kurikulum baru, model pembelajaran baru, hingga materi baru.Istilah mempersiapkan pendidikan di era baru disebut
dengan pembelajaran abad 21.Menurut
Subroto dan Wahyunita (2021, hlm 1011) “Untuk mempersiapkan industri 4.0 pelu adanya dorongan
pengembangan keterampilan kepada peserta didik yang lebih dikenal dengan keterampilan abad 21”.Pada pembelajaran abad 21 ini peserta didik yang berperan aktif
dalam pembelajaran.Perubahan kurikulum ini menuntut
peserta didik untuk membentuk kemampuan
berpikir kritis dan kreatif.Menurut Rafiqoh
(2018, hlm 59) bahwa “ Pendidikan abad 21 ini ditekankan untuk menciptakan sumber daya manusia
yang berkompeten, berwawasan, kreatif, dan inovatif”.
Pembelajaran
abad 21 ini sudah diadaptasi di Indonesia melalui kurikulum 2013 pada Permen Nomor 32 Tahun 2013 pasal
19 “Proses Pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi Peserta Didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi
prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai
dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis Peserta Didik”.Menurut
Rafiqoh (2018, hlm 60) “Secara umum, pembelajaran abad 21 mengedepankan kemampuan inovatif, kreatif,
kemampuan memecahkan masalah, kemampuan memecahkan masalah dan berpikir
kritis, kemampuan dalam
berkomunikasi dan bekerjasama, serta memanfaatkan teknologi
secara tepat”.Selain itu, pada pembelajaran abad 21 siswa dapat menguasai
empat keterampilan belajar,
yakni : Creative and inovative, critical
thinking and problem solving, comunication dan collaboration .
Berpikir kritis
merupakan salah satu dari empat keterampilan belajar yang harus dimiliki siswa.Menurut Mubaroh &
Suhandi (dalam Anggreini,dkk, 2019, hlm 759) “Pada dunia pembelajaran, kemampuan
berpikir kritis siswa perlu dikembangkan agar siswa dapat memecahkan permasalahan yang diberikan) Martin
(dalam Dewi,dkk, 2017, hlm.163) menjelaskan bahwa “ Hasil TIMSS pada
tahun 2011 yang di
publikasikan pada tahun 2012 kemampuan berpikir kritis siswa di Indonesia berada di peringkat 40 dari 42”.Oleh karena
itu, kemampuan berpikir kritis di
Indonesia harus dikembangkan karena kemampuan berpikir kritis diperlukan pada abad 21untuk
menentukan keberhasilan dalam kegiatan pembelajaran.
Berpikir kritis
merupakan kemampuan memecahkan masalah dengan baik dan tepat.Hal ini sesuai dengan indikator berpikir
kritis yang dijelaskan oleh Hidayat & Susilawati (2016, hlm.61) yaitu 1) Memembuat
keserupaan dan mampu membuat kesimpulan dari keserupaan
tersebut, 2)Mampu membuktikan dan memberikan alasan secara logis, 3) Mampu memecahkan masalah.Oleh karena itu,dapat dikatakan
bahwa kemampuan berpikir
kritis merupakan kemampuan
yang sangat penting
sehingga dijadikan tujuan pokok dalam pendidikan.
Berdasarkan pemaparan diatas, maka tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menjawab
pertanyaan sebagai berikut :
1.
Apa saja keterampilan yang harus dimiliki
oleh siswa pada pembelajaran matematika abad 21?
2. Apa saja indikator
pada kemampuan berpikir kritis ?
3. Bagaimana karakteristik pembelajaran abad 21?
4. Bagaimana cara membangun kemampuan berpikir kritis matematis
siswa dengan pembelajaran abad 21 ?
Keterampilan Pada Pembelajaran Matematika Abad 21
Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat menghasilkan SDM yang memiliki kemampuan komunikasi, ahli
teknologi, keterampilan berpikir kreatif dan kritis untuk memecahkan suatu masalah.Saat ini Indonesia sedang mempersiapkan pendidikan di era baru yang dikenal dengan
21st century learning atau dikenal dengan pembelajaran
abad 21.Rafiqoh (2018, hlm.59) mengutarakan bahwa
“ Pendidikan abad 21 ini menekankan untuk menghasilkan SDM yang kompeten,
berwawan luas, kreatif,
dan inovatif.Pembelajaran abad 21 juga mendukung program pemerintah Indonesia yaitu revolusi
4.0”.
Indonesia mengharapkan menghasilkan SDM yang berkompeten.Oleh karena
itu, pada pembelajaran abad 21 peserta didik harus menguasai empat
keterampilan belajar.Menurut As’ari (dalam Noorbaiti, dkk,
2020, hlm.38) bahwa ada empat
keterampilan belajar pada abad 21 ini yang dikenal dengan 4C yakni creative
and inovative, comunication, collaboration, critical thinking and problem solving.
Creative and inovative merupakan kemampuan berpikir kreatif dan inovatif yang harus dimiliki oleh siswa.Karena
dengan memiliki kemampuan creative and inovative
siswa akan berkreasi
memecahkan masalah.Menurut Noorbaiti, dkk (2020, hlm.39)
mengutarakan bahwa selama pembelajaran guru harus menciptakan pembelajaran yang membuat
peserta didik berkreasi dan berinovasi bukan
didikte atau diintimidasi oleh guru.Karena pada kedua keterampilan ini tentunya
berhubungan.Dimana creative atau kreatif
siswa harus memiliki
wawasan dan ide untuk memecahkan masalah, sedangkan inovative atau inovasi siswa
harus mengimplementasikan suatu pikiran yang telah dibuat untuk membuat kemajuan.
Comunication merupakan kemampuan
berbicara siswa dalam menyampaikan
solusi, dalam pelaksanaan pembelajaran komunikasi tidak hanya secara lisan saja tetapi komunikasi dapat
terjalin dengan tulisan.Hal ini selaras dengan
Rachmayani (dalam Noorbaiti, dkk, 2020, hlm.38) menjelaskan bahwa komunikasi matematis tidak hanya
komunikasi dalam bentuk lisan tetapi siswa dapat
mengutarakan idenya dalam bentuk tulisan.Oleh karena itu, siswa perlu dilatih
untuk mengungkapkan pemahaman secara jelas, afektif, dan kreatif.
Collaboration merupakan kegiatan
belajar yang dilaksanakan secara bersama-sama
atau berkelompok agar peserta didik dapat menghargai pendapat orang lain, menyadari kesalahan, bertanggung jawab dan aktif dalam mencari ilmu pengetahuan.Surnadi ( dalam Nahdi, 2019, dalam Noorbaiti, dkk, 2020, hlm.39) mengutarakan bahwa kegiatan
belajar dalam kemampuan kolaborasi yaitu peserta didik sama-sama mencari
informasi mengenai pengetahuan materi, membangun
berkelompok, menyusun tujuan, mengelola waktu, berpendapat, dan menyelesaikan masalah secara berkelompok.
Critical
thinking and problem solving merupakan kemampuan pemecahan masalah dengan pemikiran tingkat
tinggi.Menurut Noorbaiti, dkk (2020, hlm.39)
critical thinking and problem
solving artinya proses
pembelajaran yang
hendaknya membuat siswa berpikir kritis dengan menghubungkan
pembelajaran dan masalah-masalah
konstekstual dalam kehidupan sehari-hari.Oleh karena itu, dalam kemampuan berpikir
kritis siswa perlu konsisten dalam mengambil keputusan yang diperoleh.Oleh karena itu,
peran guru bukan hanya memberikan informasi
mengenai ilmu penegtahuan saja tetapi mengarahkan dan memfasilitasi siswa dalam proses pembelajaran agar
terciptanya sumber daya manusia yang unggul.
Kemampuan pembelajaran 4C ini digunakan
pula dalam mata pelajaran matematika karena untuk meningkatkan kualitas pembelajaran matematika di zaman saat ini.
Ismail,dkk (2019, hlm.82) mengutarakan bahwa pengembangan kurikulum
matematika itu kedepan
diarahkan untuk meningkatkan suatu kecakapan hidup (life skills), terutama
dalam membangun suatu kreatifitas, kemampuanberpikir kritis, berkolaborasi atau bekerja sama, dan kecakapan
berkomunikasi.Hal ini selaras dengan kemampuan belajar pada pembelajaran
abad 21.
Pembelajaran matematika harus mengubah pembelajaaran dari mekanisme menjadi
humanistis yang berkarakter.Karena, pada dasarnya matematika mengarahkan pada pembelajaran yang memberikan keleluasaan siswa untuk belajar secara aktif, kritis, kreatif dan
inovatif, kolaborasi atau bekerja sama, dan komunikasi. Ismail,dkk (2019, hlm.83) mengutarakan bahwa pembelajaran matematika dulunya memasung kreatifitas dan inovasi seaat ini siswa yang memberikan kreatifitas dan inovasi,
pembelajaran matematika harus mengubah komunikatif
dan kolaboratif yang dikenal sebagai kecakapan abad 21.Selain itu siswa juga harus memiliki kemampuan
berpikir kritis untuk memecahkan suatu masalah.
Indikator Kemampuan Berpikir Kritis
Berpikir
kritis merupakan salah satu kemampuan belajar yang harus dimiliki oleh siswa.Istilah berpikir
kritis sering dinamakan
dengan berpikir konvergen.Berpikir konvergen merupakan berpikir
yang bersifat memusat.Setiawan (2015, hlm.93) mengungkapkan berpikir kritis
adalah berpikir dengan memeriksa,
menghubungkan, dan mengevaluasi semua aspek dari suatu masalah di dalamnya
mengumpulkan, mengorganisir, mengingat, dan
menganalisa informasi.Khairani & Putra ( 2020, hlm.3) mengungkapkan
bahwa siswa yang berpikir kritis
diharapkan menggunakan meatematika secara berpikir nalar (berpikir logis, kritis, sistematis, dan objektif) yang digunakan dalam menyelesaikan
masalah dalam kehidupan sehari-hari maupun mempelajari ilmu pengetahuan.Jadi berpikir kritis merupakan
meyakini mengenai kemampuan diri dan tidak
mudah percaya begitu saja apa yang diungkapkan
oleh orang lain.
Mengajarkan kemampuan
berpikir kritis kepada siswa diharapkan dapat mengembangkan
pola pikir dan dapat bersaing.Oleh karena itu, terdapat beberapa indikator
dalam berpikir kritis.Menurut Hidayat,dkk (dalam Subroto
& Wahyunita, 2021,
hlm.1011) indikator berpikir kritis dibagi menjadi lima aspek yaitu 1) aspek memberikan penjelasan memiliki indikator memfokuskan dan menganalisis
pertanyaan dan bertanya yang membutuhkan penjelasan, 2) aspek membangun
keterampilan memiliki indikator
mengobservasi dan mempertimbangkan hasil observasi, 3) aspek membuat
kesimpulan memiliki indikator menginduksi, mendeduksi, dan
mempertimbangkan hasil induksi dan deduksi,
4) aspek membuat penjelasan dengan indikator mendefinisikan sebuah istilah
mendefiniskan, mempertimbangkan, dan mengidentifikasi, 5)aspek
membuat perkiraan dan integrasi dengan indikator berintegrasi.Menurut Hidayat
& Susilawati (2016, hlm.61) terdapat 3 indikator dalam berpikir
kritis yaitu 1) memembuat keserupaan dan mampu membuat
kesimpulan dari keserupaan tersebut, 2) mampu
membuktikan dan memberikan alasan secara logis, 3) mampu memecahkan masalah. Oleh karena itu,dapat
dikatakan bahwa kemampuan
berpikir kritis merupakan kemampuan yang sangat penting sehingga
dijadikan tujuan pokok dalam pendidikan.
Karakteristik Pembelajaran Abad 21
Pembelajaran
abad 21 memiliki tujuan pembelajaran yang dikenal dengan 4C yaitu creative and inovative, comunication, collaboration, critical thinking
and problem solving.Hal ini selaras dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh ATC21S (2013, dalam Arifin,
2017, hlm.93) mengutarakan bahwa kecakapan abad 21 dikelompokan menjadi 4 kategori dan salah satunya adalah
kecakapan dalam berpikir dan
berterampil.Pada pembelajaran abad 21 ini mengutamakan pada keterampilan siswa karena pada pembelajaran abad 21 tonggak
utamanya
adalah teknologi.Arifin (2017,
hlm.94) menjelaskan bahwa “Keterampilan abad
21 ada bermacam-macam cara yaitu keterampilan belajar dan berpikir
(pemikiran yang lebih tinggi, perencanaan, pengelolaan, kerjasama), melek teknologi ( mengunakan
teknologi dalam pembelajaran), dan keterampilan menjadi seseorang pemimpin (kreatifitas, etika, dan menciptakan produk).
Penanaman karakter
kepada siswa tentunya
tidak hanya memberikan pengetahuan saja tetapi sikap dan keterampilan.Menurut Ismail,dkk (2019, hlm.78) bahwa
“Terdapat delapan belas nilai karakteristik sikap dalam semua materi pelajaran yaitu religius, disiplin,
jujur, toleransi, nilai kerja keras, kreatif,
mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi,
komunikatif, cinta damai, gemar membaca,
peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab”.Pembentukan karakter sikap dalam diri peserta didik dapat dibentuk
oleh individu atau dengan bantuan sekitar seperti guru dan orang tua.
Pada
pembelajaran abad 21 ini lebih mengutamakan pada “life skills” atau ketereampilan
siswa.Terdapat beberapa karakteristik dalam pembelajaran abad 21 ini, Ismail,dkk (2019, hlm.77) mengutarakan bahwa terdapat karakteristik keterampilan dalam pembelajaran abad 21 yaitu kemampuan
literasi, kecakapan pengetahuan, kecakapan
dan sikap, serta penguasaan teknologi.Melihat perkembangan zaman saat ini tentunya
bidang teknologi dan komunikasi berkembang sangat pesat khusunya
pada sosial media.Saat ini banyak sekali orang-orang
yang tidak bertanggung jawab yang membuat konten atau aplikasi yang tidak mendidik pada akhirnya merusak
karakter anak bangsa.Oleh karena itu,
diharapkan guru dapat menanamkan keterampilan siswa dalam menggunakan dan memanfaatkan teknologi secara baik dan
bijak untuk menciptakan SDM yang unggul.
Membangun Kemampuan
Berpikir Kritis Matematis
Siswa Dalam Pembelajaran Abad 21
Salah
satu keterampilan dalam pembelajaran matematika abad 21 adalah kemampuan
berpikir kritis.Tentunya melatih
kemampuan berpikir kritis
matematis siswa tidaklah
mudah.Karena siswa memerlukan kemampuan mengidentifikasi suatu alasan dan mengevaluasi suatu pernyataa.Menurut
Khairani dan Putra ( 2020, hlm.3) bahwa “Kemampuan berpikir
kritis ini mengarah kepada kegiatan yang menganalisis
suatu gagasan secara sistematis, spesifik,
cermat, teliti, dan menggunakan logika juga bukti sehingga kemampuan berpikir kritis siswa perlu dikembangkan
khususnya dalam pelajaran matematika ”.Oleh karena itu, guru berperan penting
untuk meningkatkan pendidikan di Indonesia ini.
Untuk melatih kemampuan berpikir kritis matematis di abad 21 guru harus memahami indikator berpikir kritis dan
karakteristik pembelajaran abad 21.Hal ini
selaras dengan Ismail,
dkk (2020, hlm.82)
menjelaskan dalam pembelajaran matematika bahwa seorang
guru matematika yang profesional dan kompeten harus mempunyai wawasan
landasan dalam perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran matematika, wawasan itu bisa berupa teori yang dapat dikembangkan dan di perbaikan dalam
pembelajaran matematika.
Ismail, dkk (2020,
hlm.82) mengutarakan salah satu contoh
membangun kemampuan berpikir
kritis matematis siswa dalam pembelajaran abad 21, yaitu : Materi :
Statistik
Tujuan pembelajaran : Siswa dapat menilai suatu ukuran pemutusan yang
tepat untuk menginformasikan kumpulan
data dengan kritis.
Kegiatan belajar : Guru menunjukan kemampuan berpikir kritis dengan memperhatikan kemampuan : 1)
menginterpretasi informasi, 2) Menilai bukti, 3) Mengidentifikasi asumsi-asumsi dan kesalahan-kesalahan dalam bernalar, 4) Menyajikan
informasi, dan 5) Menarik kesimpulan.Selanjutnya guru memberikan kumpulan berbagai data, misalkan tinggi
badan, ukuran sepatu, dan kegemaran siswa.Dimodelkan
ada seseorang pengawas akan mencari data untuk menjawab beberapa pertanyaan berikut : 1) Saya akan mencari siswa yang
akan dilatih untuk bermain bola
basket.Berapakah rata-rata tinggi siswa disekolah? 2) Berapa rata- rata ukuran sepatu siswa disini?ada
bantuan suatu gratis dari perusahaan tambang
minyak.3) Siswa disini rata-rata menggemari sepak bola.Apakah tidak ada
yang menyukai bolla volly?Siswa diminta
untuk menilai apakah pernyataan atau pertanyaan pengawas
itu sesuai dengan kebutuhan informasi
yang diperlukan?Menurut kalian, apakah yang ditanyakan pengawas
itu sesuai dengan
informasi yang dibutuhkan? Ukuran pemusatan apakah yang sesuai?
Jelaskan dan buatlah kesimpulan.
Karakter yang dibangun adalah berpikir kritis,berkolaborasi, dan berkomunikasi.Hendaknya guru memberikan stimulus
kepada siswa untuk mencoba
memperhatikan dan memahami satu persatu pernyataan tersebut, dan meminta
siswa untuk merespon
pertanyaan dengan mengkomunikasina pendapatnya dengan rasa tanggung jawab.Jika siswa menanggapi
dengan kritis maka guru dapat memberikan respon yang positif.
Penutup
Penerapan pembelajaran matematika diabad 21 untuk membangun
kemampuan berpikir kritis siswa dapat dilakukan guru dengan
memperhatikan indikator kemampuan
berpikir kritis dan karakteristik pembelajaran abad 21.Tentunya dalam penerapan kemampuan
berpikir kritis matematis
dalam pembelajaran abad 21 diperlukan kesabaran dan ketelatenan seorang guru.Tujuannya
agar siswa dapat memiliki kemampuan keterampilan belajar 4C yaitu Creative
and inovative, comunication, collaboration, critical thinking and problem
solving.Selain itu siswa dapat menganalisis suatu gagasan secara sistematis,
spesifik, cermat, teliti, dan menggunakan logika untuk membangun berpikir
kritis siwa.
Daftar Pustaka
Andrian, Y & Rusman, (2013).Implementasi Pembelajaran Abad 21 Dalam Kurikulum
2013, Jurnal Penelitian dan Ilmu Pendidikan. 12(1): halaman 14-23.
Subroto & Wahyunita,
(2021). Efektivitas Model Pembelajaran Blended
Learning dengan Pendekatan STEM
Dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Berfikir Kritis Peserta Didik, Edukatif : Jurnal Pendidikan. 3(3):
halaman 1010-1021.
https://sinta.ristekbrin.go.id/journals/detail/?id=7104 (Diakses tanggal 28 September 2021).
Rafiqoh, (2020).Arah
Kecenderungan dan Isu Dalam Pembelajaran Matematika Abad 21untuk Menghadapi Revolusi 4.0, Jurnal MathEducation Nusantara. 3(1): halaman 58-73.
http://jurnal.pascaumnaw.ac.id/index.php/JMN/article/view/101 (Diakses tanggal 2 November 2021).
Anggraeni, dkk, (2019).Pengaruh Blended Learning
terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMA pada Materi Suhu dan Kalor, Jurnal Pendidikan : Teori, Penelitian, dan
Pengembangan. 4(6): halaman 758- 763. https://sinta.ristekbrin.go.id/journals/detail/?id=163 (Diakses
tanggal 28 September 2021).
Dewi, dkk, (2017).Efektivitas Penerapan Model Pembelajaran Flipped Classroom Pada
Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis
Siswa, Edutcehnologia. 3(2) :
halaman -.
Setiawan, (2015). Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis
Siswa Smp Dengan Menggunakan Model Penemuan Terbimbing, Jurnal Ilmiah
UPT P2M STKIP Siliwangi. 2(1): halaman 91-97.
http://e-journal.stkipsiliwangi.ac.id/index.php/p2m/article/view/168 (Diakses tanggal 6 September 2021).
Khairani & Putra, (2020). Peningkatan Kemampuan
Berpikir Kritis Matematis Siswa SMA
Melalui Model Pembelajaran Matematika Knisley Dengan Metode Brainstorming, symmetry Pasundan
Journal of Research
in Mathematics Learning
and Education. 5(1): halaman 1-16. https://journal.unpas.ac.id/index.php/symmetry/article/view/2923/1331c (Diakse
tanggal 6 September 2021).
Noorbaiti, dkk, (2020).
Bimbingan Penyusunan Perangkat
Pembelajaran 4C (Communication,Collaboration,
Critical Thinking, And Creativity) Bagi
Guru Peserta MGMP Matematika SMA Kota Banjarmasin.Makalah disajikan kegiatan bimbingan penyusunan perangkat pembelajaran
4C (Communication, Collaboration, Critical
Thinking, And Creativity) bagi guru peserta
MGMP Matematika SMA Kota Banjarmasin.
Arifin, (2017). Mengembangkan Instrumen Pengukur Critical Thinking
Skills Siswa pada
Pembelajaran Matematika Abad 21, Jurnal
THEOREMS (The Original Research Of Mathematics). 1(2): halaman 92-100.
https://core.ac.uk/download/pdf/228883455.pdf (Diakse tanggal 9 September
2021).
Ismail, dkk,
(2019). Membangun Karakter Melalui Implementasi Teori Belajar Behavioristik Pembelajaran Matematika
Berbasis Kecakapan Abad 21, Menara Ilmu. 13(11): halaman 76-88.
http://jurnal.umsb.ac.id/index.php/menarailmu/article/view/1649/1410 (Diakses tanggal
9 September 2021).
Komentar
Posting Komentar